Sumpah
Pemuda sebagai Cikal Bakal Bahasa Indonesia
Seperti
yang kita ketahui bahwa cikal bakal bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu,
sebuah bahasa yang pada mulanya digunakan oleh para penduduk di wilayah
Sumatera Timur, Semenanjung Malaya, serta Pantai Barat dan Utara Pulau
Kalimantan. Selain menjadi cikal bakal bahasa Indonesia, bahasa Melayu juga
menjadi cikal bakal bahasa Malaysia, bahasa nasional dan bahasa resmi di
Kerajaan Malaysia.
Bukti
tertulis bahwa asal mula bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yaitu sebuah
prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di Palembang yaitu
Prasasti Kedukan Bukit dan Talang Tuo, di Jambi yaitu Prasasti Karang Berahi,
dan di Pulau Bangka yaitu Prasasti Kota Kapur. Prasasti-prasasti itu ditulis
dalam bahasa Melayu kuno dan menggunakan huruf palawa.
Kemudian
karena cikal bakal bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu, maka yang menjadi
sumber pertama kosakata bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu. Kosakata yang
terdapat dalam buku sejarah melayu, Hikayat Si Miskin, Hikayat Pandawa Lima,
dan Hikayat Abdullah bin Abdul Khadir Munsyi dapat kita klaim sebagai kosakata
bahasa Indonesia. Kosakata bahasa Malaysia pun awalnya mempunyai sumber yang
sama dengan bahasa Indonesia, namun dalam perkembangan selanjutnya, karena
adanya perbedaan sejarah kekuasaan di wilayah yang kemudian menjadi Negara
Republik Indonesia dengan di wilayah Kerajaan Malaysia, maka bahasa Indonesia
banya mendapatkan sumbangan kosakata dari bahasa-bahasa Indonesia, sedangkan
bahasa Malaysia banyak mendapat sumbangan dari dalek-dialek Melayu yang ada di
wilayah Malaysia. Di samping itu, kedua bahasa ini pun banyak menyerap kosakata
asing yang berbeda; bahasa Indonesia menyerap kosakata Belanda, dan bahasa
Malaysia banyak menyerap kosakata Inggris.
Sebagai bahasa nasional, Bahasa Indonesia
mengalami tahap-tahap yang sangat penting dalam sejarah perkembangannya.
Dimulai dari 1901, disusun ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. Van Ophuysen
dalam Kitab Logat Melayu sebagai cikal bakal bahasa Indonesia. Pada 1928
Bahasa Indonesia diikrarkan dalam Sumpah Pemuda sebagai bahasa persatuan.
Kemudian tahun 1942 kedudukan bahasa Indonesia semakin kokoh akibat kekalahan
Belanda terhadap Jepang, yang secara otomatis bahasa Belanda tidak boleh
dipergunakan lagi, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam situasi resmi.
Tahun 1945 Bahasa Indonesia memperoleh kedudukannya yang lebih pasti sebagai
bahasa nasional, bahasa resmi, bahasa kesatuan dan bahasa negara. Kemudian,
dengan penetapan pemakaian ejaan baru oleh Presiden RI tanggal 16 Agustus tahun
1972, selangkah bahasa Indonesia maju menuju kesempurnaannya.
Pada saat Sumpah Pemuda
berkumpul para tokoh pemuda dari berbagai daerah dan kalangan hadir. Para
pemuda mengeluarkan ikrar bersama yang menyangkut pengakuan berbangsa satu,
bangsa Indonesia. Bertanah air satu, tanah air Indonesia. Menjunjung tinggi
bahasa persatuan yaitu, bahasa Indonesia. Ragam bahasa Melayu dijunjung tinggi
sebagai bahasa Indonesia ini adalah ragam bahasa Melayu tinggi yang telah
terkodifikasi, mempunyai tradisi sastra, serta telah digunakan dan diajarkan
dalam pendidikan formal.
Sejarah Ejaan Van Ophuijsen
Ejaan
van Ophuijsen ini turut mempengaruhi perkembangan bahasa dan sastra Indonesia.
Sebelum ada ejaan van Ophuijsen, tata bahasa Indonesia masih berupa ejaan
bahasa Melayu dengan huruf latin. Rancangan ejaan baru disusunnya bersama Engku
Nawawi Gelar Soetan Ma'moer dan Moehammad Taib Sutan Ibrahim, pada tahun 1896.
Pedoman tata bahasa yang dikenal dengan nama Ejaan van Ophuijsen itu resmi
diakui pemerintah kolonial pada tahun 190I. Ketika pada rahun 1947 pemerintah
RI menggunakan secara resmi Ejaan Suwandi, ejaan yang baru itu sebagian besar
tetap berlandaskan pada aturan-aturan menurut Ejaan van Ophuijssen.
Penulisan Ejaan yang Disempurnakan pada masa-kemasa mengalami perubahan
yang dimulai dari ejaan Van Ophuijsen yang terdengar dalam Kongres Bahasa
Indonesia I, 1983, di Solo. Ejaan van
Ophuijsen ini merupakan ejaan yang pertama kali berlakudalam bahasa
Indonesia yang ketika itu masih bernama bahasa Melayu.
Pada
awal abad 20, bahasa melayu terpecah menjadi dua. Indonesia dibawah Belanda
mengadopsi ejaan Van Ophuijsen pada tahun 1901, sedangkan Malaysia dibawah
Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson pada tahun 1904. Ejaan Van Ophuijsen disusun
oleh Charles Van Ophuijsen yang dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan
Moehammad Taib Soetan Ibrahim pada 1896 dan resmi diakui pada tahun 1901. Ejaan
tersebut memiliki ciri-ciri penggunaan “oe” seperti dalam “boekoe”, “j” seperti
dalam “rakjat”, “dj” seperti dalam “djakarta”, “tj” seperti dalam
“tjara”, dan lainnya.
Ejaan ini
merupakan ejaan bahasa Melayu dengan
huruf Latin. Charles Van Ophuijsen yang dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim menyusun
ejaan baru ini pada tahun 1896. Pedoman tata bahasa yang kemudian dikenal
dengan nama ejaan Van Ophuijsen itu resmi diakui pemerintah kolonial pada tahun
1901. Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu:
Huruf ï untuk membedakan
antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya harus disuarakan tersendiri
dengan diftong seperti mulaï
dengan ramai. Juga digunakan untuk menulis huruf y seperti dalam Soerabaïa.
Huruf j untuk menuliskan
kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.
Huruf oe untuk menuliskan
kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.
Ejaan Van Ophuijssen
atau yang juga dikenal dengan ejaan Balai Pustaka dipergunakan sejak tahun 1901
hingga bulan Maret 1947. Disebut Ejaan Van Ophuijssen karena ejaan itu
merupakan hasil karya dari Ch. Van
Ophuijsen yang dibantu oleh Engku Nawawi. Ejaan ini dimuat dalam Kitab Logat Melayu. Disebut dengan Ejaan Balai Pustaka karena pada waktu
itu Balai Pustaka merupakan suatu lembaga yang terkait dan berperan aktif serta
cukup berjasa dalam sejarah perkembangan bahasa Indonesia.
Beberapa hal yang cukup menonjol dalam ejaan van Ophuijsen
antara lain :
a. Huruf y ditulis dengan j.
Misalnya:
EYD
|
Ejaan van Ophuijsen
|
Sayang
Yakin
Saya
|
Sajang
Jakin
Saja
|
b. Huruf u
ditlus dengan oe
Misalnya:
EYD
|
Ejaan van Ophuijsen
|
Umum
Sempurna
Surat
|
Oemoem
Sempoerna
soerat
|
c. Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda koma di atas.
Misalnya:
EYD
|
Ejaan van Ophuijsen
|
Rakyat
Bapak
Makmur
|
Ra’yat
Bapa’
Ma’moer
|
1.
d. Huruf j
di tulis dengan dj.
Misalnya:
EYD
|
Ejaan van Ophuijsen
|
Jakarta
Raja
Jangan
|
Djakarta
Radja
Djangan
|
e. Huruf c ditulis dengan tj.
Misalnya:
EYD
|
Ejaan van Ophuijsen
|
Pacar
Cara
Curang
|
Patjar
Tjara
Tjurang
|
f. Gabungan konsonan kh ditulis dengan ch.
Misalnya:
EYD
|
Ejaan van Ophuijsen
|
Khawatir
Akhir
Khazanah
|
Chawatir
Achir
Chazanah
|
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar